HUJAN
Hujan turun dengan sangat
derasnya. Angin bertiup cukup kencang. Matahari tergelincirlah sudah di ufuk
barat. Hari pun semakin sore. Angin yang bertiup makin kencang, menambah
dinginnya sore yang hujan kali ini.
“Brrr…. Dingin sekali
badanku iki…,” ucapku sambil sedikit
menggigil.
Aku terjebak di aula sekolah...
Namun hal ini mungkin
tidak akan terjadi jika tadi siang aku langsung pulang ke rumah.
Ingin rasanya aku cepat
pulang, tapi aku malas berbasah-basahan. Dari jauh aku lihat Agung ngoyos, hujan-hujanan, pulang meuju
rumahnya. Terus lewat Ozi mboncengin Aplah
pulang. Kemudian Mas-Mas tukang sapu sekolah juga beranjak ke rumah
masing-masing.
“Ji,,ayuuh…Pulang!!!” seru
salah satu dari mereka di depan gerbang.
“Nggih Mas…! Nanti saja kalo hujane sudah kecil…,”sahutku,
“hati-hati, Mas..!”
Waktu terus bergulir,
hujan kini mulai mengecil diganti menjadi rintik-rintik gerimis. Kusiapkan tas
dan barang bawaanku, lalu aku berdiri hendak menuju tempat parkir. Baru saja
beberapa langkah dari mulut aula, bergumpal-gumpal butiran hujan jatuh membumi.
Sompret!!! Gak iso pulang aku kalo kayak gini…Ujan terus….!!!
Aku hanya bisa
bersungut-sungut sambil menyepak rintikan hujan yang semakin deras.
“Aduh… Gimana ini?? Kok malah hujan lagi..!! Pake tambah angin kenceng segala lagi….!!
” gumamku jengkel.
Hujan dan angin datang
beriringan. Malam pun semakin dingin dibuatnya.
Sial ! ! Aku gak bawa jaket lagi. . .
Memang malang nian nasibku ini. Sudah terjebak hujan
di aula sekolah nan sepi, masih ditambah kedinginan pula. Lagi nanti pulang,
sampai rumah disambut oleh omelan ibu. Memang, kalau tadi siang aku luluskan
keinginanku untuk langsung pulang ke rumah, bakalan
beda ceritanya.
Aduuh,,,koh perutku jadi panas begini…
Belum habis rasanya
kesialanku ini, masih ada saja masalah datang. Lambung beserta jajarannya ramai
menggaungkan seruan minta diisi; lapar. Aku memang tak mengira kalau akan
sampai sesore ini aku di sekolah. Biasanya kuisi dulu perutku secukup uang di
sakuku, jika mau sampai pulang sore. Tapi tadi sinang, seingatku aku hanya
menyantap 2 lembar mendoan dan segelas air putih di kantin. Sekarang rasanya
perutku seperti belum diisi berhari-hari.
Alhamdulillah,, kayaknya hujan dah berhenti…
Terdengar kumandang adzan
‘Isya. Hujan sudah berhenti. Aku memutuskan untuk masuk ke dalam lingkungan
sekolah, siapa tahu ada orang yang bisa aku tebengin
pulang. Aku langsung berjalan ke mushola. Disana kulihat Ali dan
Trisno,para penghuni takmir sekolah, bersiap-siap sholat. Aku percepat langkah
untuk segera ambil air wudlu.
“Loh, Ji kok kamu belum
pulang?” tanya Trisno beberapa saat setelah selesai sholat.
“Genahan aku kejebak hujan koh Tris. . Untung saja gak mati lampu.
.”
“Mau pulang sama siapa
nanti kamu, Ji ?”
“Entah lah Tris, mungkin
aku menginap. Tapi kayaknya aku lebih baik pulang saja, kasian yang di rumah.”
“Sepedamu bisa dipake gak?
Kalo gak bisa, pake sepedaku saja dulu..”
“Gak lagh Tris, makasih…
Aku jalan kaki saja. Aku ke depan dulu yah.”
“Ya sudah hati-hati di
jalan Ji…”
Aku berjalan ke depan
ruang guru,kemudian aku duduk di pojok kursi. Aku teringat tugas membuat cerpen
dari Bu Sri.
Aku belum selesai mengerjakannya.
Aku harus menyelesaikannya malam ini juga, karena besok malam
aku masih harus belajar untuk try out Matematika…
Saat sedang asyik-asyiknya
dan pusing-pusingnya membikin cerpen,
Mas Udin dari belakang mengagetkanku.
“Belum pulang kowe Ji??”
“Belum koh,Mas…Tadi mau
pulang kejebak hujan..”
“Yuh pulang sama aku
saja…Kebetulan sejalur kan..?”
“Waah,,terima kasih banget
loh Mas.”
“Okeh aku mau ambil motorku
dulu, kamu bisa tunggu aku di depan gerbang tengah….”
“Ya,Mas..aku juga mau
ambil helmku.”
Terima kasih Mas Udin,, panjenengan mau mengantarku. Terima
kasih ya ALLAH…Aku masih diberi kesempatan untuk pulang ke rumah malam ini.
Akhirnya tepat pukul setengah
sembilan malam aku bisa beranjak pulang ke rumah mbonceng Mas Udin..
No comments:
Post a Comment