Pages

Tuesday, June 5, 2012

Manajemen Stress


Bersahabat dengan Stres
(WIJI SUTANTO)

Dinamika serta lika-liku kehidupan seseorang sangatlah beragam. Adakalanya lurus dan mulus tanpa masalah, namun juga tak jarang seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan salah satunya stres. Keadaan psikis yang tertekan oleh suatu masalah dan tidak bisa menghadapinya dinamakan stres.
Orang tua, remaja, laki-laki, perempuan semua bisa mengalami stres.
Edward Zoelferdi (2008:95) mengatakan bahwa “Setiap orang ada kemungkinan dihinggapi stres. Akan tetapi kekuatan masing-masing berbeda, karena itu akibat yang diderita pun berbeda-beda pula. Misalnya jadi pendiam atau ada yang ingin keluyuran.” Ini menunjukkan bahwa setiap orang dapat mengalami stres, tak memandang usia maupun status sosial orang tersebut. Dampak yang ditimbulkan juga bermacam-macam pula.
Melalui tulisan ini, penulis akan mengulas dan memberikan gambaran tentang apa itu pengrtian stres, penyebab-penyebabnya,dampak yang ditimbulkan, pemanfaatan stres secara positif sekaligus menuturkan cara-cara yang sesuai untuk menanggulangi stres kepada para pembaca. Harapan penulis kepada para pembaca, agar dapat lebih pandai dan bijak dalam menghadapi berbagai persoalan yang menimbulkan stres.
Stres adalah keadaan psikis yang labil, disebabkan karena tekanan mental dari luar maupun dari dalam diri seseorang. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa setiap orang dapat mengalami stres. Dari sekian banyak orang tersebut stres rentan menyerang remaja. Banyak faktor sebagai penyebab stres menimpa remaja. Sarwono (2007:112) menyatakan bahwa “Orang tua yang banyak menuntut, pelajaran sekolah yang berat dan padat sering membuat remaja mendapat tekanan batin atau stres.” Sedemikian rentannya remaja menderita stres. Pergaulan yang luas, teman yang beragam sifat, serta permasalahan dengan teman dekat (pacar) merupakan penyebab stres yang timbul dari dalam diri seorang remaja.
Remaja yang mengalami stres/depresi biasanya akan menyalurkan rasa tertekannya ke hal-hal yang negatif. Pendapat ahli mengatakan “Jarak antara remaja dengan orang tua, kekurangan bimbingan pada remaja, membuat remaja mencari pelarian negatif : kebut-kebutan, minum-minuman keras, menjadi budak obat-obatan terlarang, dan lain-lain”(Sarwono,2007:118). Kebanyakan remaja yang mengalami stres akan melakukan hal-hal yang menjerumus ke hal negatif. Sering kita melihat berita yang menyiarkan pelaku pengedar narkoba adalah seorang remaja. Hal ini sangat memprihatinkan bagi kelangsungan generasi penerus bangsa. Akhir-akhir iini juga sering diberitakan maraknya perusakan olehgeng-geng motor yang kebanyakan anggotanya adalah anak-anak remaja yang kurang perhatian dari orang tuanya.
Remaja merupakan waktu peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Salah satu sifat remaja adalah selalu berusaha untuk mencari jati diri. Terkadang masalah datang dalam setiap waktu, tanpa mengenal orang. Dalam hal ini remaja adalah yang kurang bisa menghadapi masalah dengan tenang, bahkan cenderung lari dari masalah. Padahal lari dari masalah tidak akan pernah bisa menyelesaikan suatu permasalahan,bahkan bisa menimbulkan permasalahan lain yang lebih rumit. Seperti yang diungkapkan oleh Sarlito Wirawan Sarwono(2002:88) “Melarikan diri dari masalah tidak akan menyelesaikan persoalan. Bahkan kita bisa terjerumus ke persoalan lain yang lebih rumit”.
Sebenarnya kita bisa menanggulangi stres dengan berbagai macam cara yang positif. Salah satunya yaitu dengan melakukan sharing atau berkonsultasi dengan orang lain. Mintalah pendapat pada orang tua, teman, guru, maupun dengan orang yang kita anggap bisa sedikit meringankan beban mental kita. Selain itu melatih dan membiasakan diri menyelesaikan masalah merupakan cara yang ampuh dalam menanggulangi stres. Edward (2008:95) mengungkapkan bahwa “Stres dapat dimanfaatkan secara positif, misalnya berlatih diri menyelesaikan masalah, meskipun untuk ini seseorang harus berkonsultasi dengan orang lain. Ini merupakan salah satu jalan untuk menjadi dewasa.” Contoh riil dalam hal ini, remaja yang sering aktif berorganisasi di sekolahnya akan lebih mudah menghadapi stres daripada remaja yang hanya mengikuti kegiatan reguler/ intrakurriler saja di sekolahnya.
Betapa pentingnya kita menceritakan masalah hidup kita dengan orang lain, agar kita bisa lebih mudah menyelesaikan suatu persoalan. “Cobalah mengadu kepada orang lain yang kita percayai. Andaikan orang itu tidak mampu memberi jalan keluar, setidak-tidaknya beban batin kita menjadi lebih ringan.” (Sarlito Wirawan Sarwono, 2002:101). Beban mental kita dengan sendirinya akan lebih ringan jika kita membiasakan sharing dengan orang lain, meskipun orang tersebut hanya bisa memberikan saran tanpa bisa memberikan penyelesaian.
Pada dasarnya, setiap manusia pasti akan mengalami stres dan tiap-tiap orang berbeda-beda dalam cara menghadapinya. Kemampuan tiap-tiap orang dalam menghadapi stres juga berbeda-beda, sehingga menimbulkan dampak yang berbeda pula. Di sisi lain, stres merupakan salah satu faktor pendorong berkembangnya cara berpikir seseorang menuju kedewasaan dan kematangan sikap.
Dalam menghadapi stres harus dengan tenang dan berpikir positif. Jadikan stres dalam hidup sebagai pendorong menuju kedewasaan. Tidak ada di dunia ini yang tidak bermanfaat bagi manusia. Maka dari itu penulis menyarankan agar pembaca bisa menanggapi stres dengan lebih bijak. Serta agar para orang tua untuk senantiasa mengawasi anak-anaknya.

No comments:

Post a Comment